Sunday, 13 April 2014

Celah dan Kelemahan Wireless


Seperti yang kita ketahui secara umum kelemahan jaringan wireless dibagi menjadi 2 jenis, yaitu kelemahan pada konfigurasi dan kelemahan pada jenis enkripsi yang di pakai, sebagai contoh penyebab kelemahan yang terjadi pada saat konfigurasi, banyak pabrikan pembuat wireless memberikan fitur-fitur yang mudah dan standar untuk melakukan konfigurasi akibatnya banyak sekali ditemukan wireless yang terpasang menggunakan konfigurasi standar bawaan dari pabrikan seperti SSID, IP Address, remote manajemen, DHCP Enable bahkan kanal frekuensi dan user (password) untuk administrasi-pun masih standar!.

Pengguna  tidak  dapat  membuat  sistem pengaman  sendiri  (membuat  enkripsi sendiri)   dan   hanya   bergantung   kepada pembuat perangkat  tersebut. Namun mulai muncul perangkat handphone yang   dapat   diprogram   oleh   pengguna. Begitu   juga   saat   ini   notebook sudah menggunakan  pengaman  otentikasi  akses dengan sistem biometric. Adanya    batasan    jangkauan    radio    dan interferensi   menyebabkan     ketersediaan servis  menjadi  terbatas.  DoS  attack  dapat dilakukan   dengan   menginjeksikan traffic palsu.
Fokus dari sistem wireless adalah untuk mengirimkan data secepat mungkin. Adanya enkripsi akan memperlambat proses pengiriman data  membuat  penggunaan enkripsi masih belum mendapat prioritas. Setelah kecepatan pengiriman data sudah memadai dan harganya menjadi murah, barulah akan melihat perkembangan di sisi pengamanan dengan menggunakan enkripsi.

WEP (Wired Equivalent Privacy) menjadi standar dari wireless yang sebelumnya, pada saat ini dengan sangat mudah untuk di pecahkan menggunakan perangkat lunak yang beredar secara gratis di dunia maya, ada beberapa layer yang menjadi celah bisa ditembusnya jaringan wireless tersebut, diman keempat layer tadi merupakan proses dari terkoneksinya komunikasi data pada media wireless, jadi pada setiap proses yang terjadi melalui media wireless terdap at celah yang bias dimanfaatkan untuk dimasuki atau disusupi yang menjadikan keamanan dari perangkat tersebut menjadi lemah, patut untuk dicermati dari beberapa layer berikut ini.

  • Physical Layer

Lapisan Fisik adalah lapisan terendah dari lapisan  OSI dan berfungsi debagai koneksi antar peralatan, dari system komunikasi wireless layer fisik  ini menjadi media perantara data-data yang dibawanya pada udara bebas, terwujud dalam sinyal-sinyal radio dalam freuensi tertentu yang lalu lalang di udara dengan bebasnya. Dengan begitu siapa saja bisa  menangkap , menyadap bahkan bisa langsung membacanya tanpa sepengetahuan pemilik. Fungsi dari  layer fisik
  • Mengatur bagaimana data diletakkan dalam media komunikasi (kabel).
  • Melakukan konversi bit-bit frame data link menjadi sinyal-sinyal elektronik (encode) kemudian mengirimkan sinyal tersebut ke media fisik.
  • Juga mendefinisikan fungsi dan prosedur agar transmisi data bisa terjadi.
  • Transmission rate : Menentukan kecepatan pengiriman data.
  • Media fisik : Kabel UTP, Fiber, Wireless.
  • Bentuk Data : Bits.

Celah yang bias dimanfaatkan pada layer ini antara lain:
  1. Bleeding    Coverage     Area.    Seperti diketahui, sinyal radio yang dipancarkan olehAccess  Point  (AP)  berpropagasi dalam  berbentuk tiga dimensi, memiliki panjangjangkauan, lebar jangkauan, dan tinggi  jangkauan.  Sinyal  radio  cukup sulit   untuk  diketahui   dan   diprediksi area-area    mana    saja    yang    dapat dijangkaunya. Melihathal ini, sangatlah mungkin bagi sebuah jaringan wireless untuk  dapat  melebarkan jangkauannya di luar dari batasan-batasan fisik yang dibutuhkan.      Misalnya,     memasang sebuah  AP  di  ruangan  kantor  untuk meng-cover   seluruh   ruangan  kantor, namun  kenyataannya  kantor  tetangga yang berada tepat di sebelah, juga masih dapat  menggunakan  jaringan  wireless ini. Inilah yang disebut dengan bleeding coveragearea. Dengan adanya coverage area yang tidak diinginkan ini, resource- resource sensitifperusahaan akan sangat berpotensial   untuk   dieksploitasi   oleh orang-orang   luar   dengan    perangkat wireless-nya. Bahkan ada juga beberapa orang yang dengan sengajamencari-cari bleeding    coverage    area    ini    untuk digunakan dan dieksploitasi.Apa yang dilakukan oleh orang-orang ini sering disebut dengan istilah war driving. 
  2. AP External Pengacau . Para pengguna yang memiliki perangkat wireless di PC, Notebook,  PDA,  ponsel,  dan  banyak lagi, memiliki kemungkinan untuk berasosiasi denganAP manapun selama AP tersebut memang meng-cover lokasi di mana perangkat tersebutberada dan juga  memberikan  izin.  Jika  berada  di dalam jaringan wireless yang dipancarkan oleh AP    yang telah kantor,  tentunya  harus  terkoneksi  ke ditentukan oleh kantor tersebut. Namun, apa jadinya jika ada sebuah AP milik orang lain yangarea coverage-nya juga menjangkau perangkat yang ada. Kemudian perangkat yang adatersebut tanpa  atau  dengan disadari berasosiasi dengan external AP tersebut. Apa yang akanterjadi? Tentunya akan terkoneksi ke dalam jaringan external tersebut yang tidak ketahui adaapa di balik jaringan tersebut. Dari segi keamanan, hal ini sangat berbahaya karena mungkintanpa disadari memberikan data sensitif, misalnya password-password otentikasi yangsebenarnya harus diketikkan di dalam jaringan wireless yang sesungguhnya.  Atau  mungkin saja ketika sudah terkoneksi ke dalam jaringan wireless external tersebut, perangkat yang adaakan segera dieksploitasi dan data dicuri. Atau mungkin juga jaringan tersebut memberikan koneksi Internet untuk digunakan, namun dengan dilengkapi packet sniffer dan penyadap-penyadap canggih  lainnya  sehingga  semua transaksi Internet dapat  diketahui oleh orang lain.Jika sudah berada dalam kondisi ini, sudah dapat dikatakan sebagai korban pencurian yangtanpa disadari masuk sendiri ke dalam sarang pencuri. Atau mungkin juga jaringan tersebutmemberikan koneksi Internet untuk digunakan, namun dengan dilengkapi packet sniffer danpenyadap- penyadap canggih lainnya sehingga semua transaksi internet dapat diketahui olehorang lain. Selain itu, adanya AP external yang area coverage-nya masuk ke dalam area tentu juga dapat menyebabkan interferensi terhadap sinyal-sinyal komunikasi jaringan yang ada.  Interferensi ini  tentu akan  sangat mempengaruhi performa dan kelangsungan jaringan wirelss ini.


  • Network Layer

Lebih banyak membicarakan perangkat-perangkat yang mumpuni untuk menciptakan sebuah jaringan komunikasi dan disertai dengan system pengalamtannya. Pada jaringan wireless perngkatnya biasakan dinamakan dengan istilah Access Point atau disingkat dengan AP. Sistem pengalamatan IP tentu akan banyak ditemukan pada perangkat ini. Karena melayani  komunikasi menggunakan media bebas yang terbuka, maka AP-AP tersebut juga dapat dikatakan sebagai perangkat yang terbuka bebas.Perangkat jaringan yang tidak diverifikasi dan dikontrol dengan baik akan dapat menjadi sebuah pintu masuk bagi para pengacau. Mulai dari hanya sekadar dilihat- lihat  isinya,  diubah  sedikit-sedikit, sampai dibajak penuh pun sangat mungkin dialami oleh  sebuah  AP.  Untuk  itu,  perlu diperhatikan juga keamanan AP-AP pada jaringan wireless yang ada. Selain itu, komunikasi antar-AP juga harus dicermati dan perhatikan keamanannya.

  • User Layer

Selain  keamanan  perangkat jaringan yang perlu diperhatikan, juga perlu diperhatikan dan dicermati siapa-siapa saja yang mengakses jaringan wireless yang ada. Jaringan wireless memang menggunakan media publik untuk lalu-lintas datanya, namun jikajaringan yang ada bukan merupakan jaringan publik yang dapat diakses oleh siapa saja, tentuharus ada batasan-batasan pengaksesnya. Tidak sulit bagi para pengguna yang tidak berhakuntuk dapat mengakses sebuah jaringan wireless. Jika sembarangan pengguna dapat menggunakan jaringan yang ada, tentu hal ini  akan  sangat  merugikan para  pengguna lainyang memang berhak. Sebuah jaringan wireless yang baik harus memiliki kepastian bahwahanya para pengguna yang dikenal, yang dipercaya, dan yang memang berhak yang dapatmengakses jaringan tersebut. Perangkat-perangkat jaringan yang biasa bergabung dalamjaringan wireless tersebut juga harus dapat di-track dan dimonitor dengan benar, karena hal iniakan sangat berguna untuk kepentingan monitoring, accounting, untuk mengetahui tren-tren yang terjadi dalam jaringan yang ada, dan banyak lagi.

  • Application Layer

Jaringan      yang menggunakan   media   kabel   saja    dapat membuka    celah-celah    yang    ada    pada aplikasi    dengan    cukup    lebar,    apalagi jaringan  wireless  yang  memang  rentan  di seluruh  layer-nya.  Aplikasi-aplikasi  bisnis yang  penggunaannya   lalu-lalang   melalui media     wireless     tentu     sangat     rentan keamanannya,     baik     sekadar     disusupi maupun di DoS (Denial of Service). Untuk itu,jaringan wireless yang baik harus juga dapat   melindungi   aplikasi-aplikasi   yang berjalan  di  dalamnya  agar  tidak  dengan mudah dikacaukan. Celah yang bias dimanfaatkan pada layer ini antara lain:
  • Rogue  AP.  “Rogue AP”, maksud dari kata ini adalah ditujukan untuk AP-AP yangtidak diketahui atau tidak terdaftar keberadaannya oleh  para  administrator sebuah jaringanwireless. Atau mungkin bisa juga disebut dengan istilah AP liar. AP-AP liar ini sangatberbahaya sekali bagi keamanan jaringan wireless karena AP-AP ini memang tidak pernah diinginkan keberadaannya. Selain mengganggu keamanan, tentu juga bisa mengganggu  sinyal-sinyal  pembawa data  pada  frekuensi tertentu. Biasanya keberadaan AP liar cukupsulit untuk dicegah karena ketidakpastian area yang dijangkau oleh sebuah jaringan wireless, apalagi   untuk   yang   berskala   besar. Secara umum, ada dua sumber yang dapatmembuat rogue AP muncul di dalam jaringan wireless yang ada:


  1. Operator atau karyawan yang tidak melakukan  operasi  secara prosedural. Untukalasan memudahkan pekerjaannya atau untuk  penggunaan  pribadi, seringkali terjadi dimana seorang karyawan diam-diam memasang sebuah AP  untuk dapat terkoneksi kedalam jaringan internal. Sehingga ia bisa mendapatkan koneksi ke dalam jaringan darimana saja di sekitarnya. Kebanyakan AP yang digunakan oleh perorangan ini merupakan AP kelas konsumer di mana fitur-fitur sekuritinya tidak lengkap atau bahkantidak ada.Bisa juga jika memang ada, tidak di- setting   dengan   benar   atau   tidak sesuai dengan standar karena ketidaktahuannya. Padahal seluruh AP sudah diamankan oleh para administrator      dengan      standar-standar yang berlaku di perusahaan tersebut. Dengan adanya AP “bandel”  ini,  maka terbukalah sebuah   gerbang   di   mana   orang- orang  dari  luar  dapat  masuk  ke dalamjaringan dengan begitu mudahnya. Mereka memiliki hak akses dan kemampuan yang sama dalam memanfaatkan sumber- sumber di dalam jaringan.
  2. Hacker.  Selain  karyawan,  para hacker yang dengan sengaja meninggalkan perangkat APnya di dalam jaringan kantor juga bisa terjadi. Jika di kantor memang disediakan port-portethernet yang dapat digunakan untuk umum, maka ini juga perlu diwaspadai karenamungkin  saja  para  hacker  diam- diam menancapkan AP-nya dan kemudianmenyembunyikannya, sehingga ia masih dapat mengakses jaringan wireless meskipun secara fisik  ia  sudah  meninggalkan ruangan.


  • Fake  AP  .  Fake  AP  atau  arti  secara harafiahnya  AP  palsu,  merupakan sebuah teknikpencurian hak akses oleh sebuah AP untuk dapat tergabung ke dalam sebuah jaringan wireless dan ikut melayani para  penggunanya. Tidak hanya melayani penggunanya, AP-AP lain jugamungkin akan berasosiasi dengan   AP   ini.   Hal   ini   disebabkan karena mungkin pemilik APpalsu tersebut   berhasil   mendapatkan   SSID dari jaringan wireless tersebut dan menggunakan AP-nya untuk mem- broadcast SSID itu. Sehingga pengguna akan melihat SSID yang samabaik dari AP  yang sebenarnya maupun dari  AP yang palsu. Jika pengguna tersebut tergabung   dalam   jaringan   AP   yang palsu,   maka   datanya   akan   dengan mudah  dapat dicuri.  Lebih  parahnya lagi, jika AP ini juga memiliki kemampuan memalsukan alamat MAC dari sebuah AP sebenarnya yang ada di dalam jaringan tersebut. Dengan MAC yang disamakandengan MAC dari AP sebenarnya, AP palsu akan dikenal sebagai AP yang memang telah diotorisasi di dalamjaringan tersebut. Akibatnya AP palsu tersebut dapat juga berasosiasi dengan AP-AP laindan diperlakukan seperti halnya AP yang sebenarnya. Ini akan sangat berbahaya karenainformasi login, otentikasi, dan banyak  lagi  dapat  diambil  oleh pengguna AP palsu ini.Bahkan jika bisa berasosiasi dengan AP lainnya, lebih banyak lagi yang dapat dilakukan.






Aplikasi Smarphone untuk Bumi

Berkembang pesatnya teknologi dan berbagia macam persoalan yang di timbulkan oleh perkembangan tersebut, menjadikan bumi sangat rentan akan polusi dan sampah elektronik  yang dapat mengancam bumi dan ekosistemnya.
Banyak cara  bisa kita lakukan  untuk berkontribusi menyelamatkan bumi dan persoalannya, dengan perubahan yang kecil dari diri kita sendiri dan masif akan sangat membantu  keberlangsungan kehidupan di planet ini, ada beberapa cara untuk mendapatkan informasi bernilai positif yang anda gunakan dari perangkat telepon selular (smartphone), kumpulan beberapa aplikasi berikut akan dapat membantu dan memberikan informasi terkait perubahan yang anda lakukan terhadap kelangsungan kehidupan di bumi.

  • iRecycle

Aplikasi Smartphone keluaran Earth911 Inc, dapat membantu dan memberikan 1 juta cara mendaur ulang berbagai macam barang, dengan lebih 300 tipe barang yang dapat anda daur ulang, pada aplikasi ini tedapat  fitur Find Where To Recycle yang berisikan program-program, nomer telepon, koleksi bahan daur ulang dan juga akses kebeberapa website, selain itu anda mendapatkan tips, artikel  dari Earth911.com


  • Green Genie

Dengan mengusung “panduan lengkap Anda ke gaya hidup berkelanjutan” mampu memberikan anda lebih dari 100 informasi bermanfaat  tentang proyek-proyek berkelanjutan  dan tips yang berhubungan langsung dengan lingkungan dan penghematan biaya. Dengan database besar Green Genie akan memberikan anda informasi agar dapat mendapatkan kegiatan yang sesuai dengan gaya dan biaya hidup anda tanpa memberikan dampak negatif  terhadap lingkungan.


  • Wunderlist

Dengan menggunakan aplikasi ini untuk melacak to-do list Anda, Anda sudah mengurangi pemakain dan kebutuhan akan post-it notes dan produk-produk kertas lainnya dan berdampak pada lingkungan akan akan kebutuhan kertas.

  • UNEP Carbon Calculator


Efek yang ditimbulkan oleh gas rumah kaca memeilik dampak sangat buruk terhadap iklim global. Pada aplikasi ini mengilustrasikan kontribusi sangat dominan dalam ekosistem dan mengurangi dampak gas rumah kaca.UNEP Carbon Calculator memungkinkan Anda untuk dapat menghitung berapa banyak karbon yang dibutuhkan disekitar kita dan berapa banyak karbon yang dilepaskn saat Anda bepergian baik itu menggunakan kereta, mobil ataupun pesawat.














Wednesday, 19 March 2014

Makalah IMK ROBOT NURSE (ROBOT PERAWAT)

ROBOT NURSE (ROBOT PERAWAT)



____________________________________________________________________________Abstrak
Makalah ini menggambarkan mengenai teknologi robot dalam dunia keperawatan. Robot
perawat atau robot nurse saat ini telah berkembang pesat bahkan sudah didesain untuk bisa
berinteraksi dengan manusia dengan special setting misalnya lansia atau pasien dengan
kelumpuhan. Robot robot ini didesain untuk bisa aman digunakan,terjangkau harganya dan

dilengkapi berbagai alat sensor untuk bisa membedakan user mereka dan melakukan
instruksi yang diberikan tanpa salah. Robot nurse terbaru yang sedang dikembangkan tidak
hanya berupa robot yang menyediakan bantuan kepada pasien melalui kontak fisik saja (
contact assistive robotics ) atau robot yang bisa menghibur (social interactive robotics )

namun juga robot yang berfokus untuk membantu manusia dalam berinteraksi sosial
(socially assistive robotics). Makalah ini mencoba melihat awal mula penggunaan robot
perawat, penggunaan robot perawat dalam asuhan keperawatan dan dampak yang
ditimbulkan akibat penggunaan robot perawat dalam dunia keperawatan.

Keyword: robot perawat, asuhan keperawatan,untung rugi



1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Tujuan dari penggunaan robot sebagai alat bantu untuk tugas rutinitas dalam ruangan
menjadi mimpi manusia diawal penciptaannya.Pada periode delapan dekade setelah
manusia bermimpi pertama kali tentang robot,sekarang sudah banyak diciptakan robot
yang bisa dipekerjakan dibeberapa tempat khusus seperti rumah, departement stores dan

rumah sakit (Ali meghdari et.al, 2004) 

Sebuah robot dalam dunia kesehatan saat ini mampu didesain untuk memberikan berbagai
macam tindakan seperti pembedahan dan intervensional dalam tindakan operasi, pengganti

kekurangan atau melengkapi fungsi tubuh yang hilang, penyembuhan dan rehabilitasi,
terapi behavioral,pemenuhan kebutuhan perseorangan dalam populasi khusus dan promosi
kesehatan (Maja Mataric et al,2008).  
Robot perawat atau robot nurse adalah robot yang awalnya diciptakan untuk membantu

manajemen asuhan keperawatan di nursing home. Penamaan Robot nurse tidak didasarkan
pada taksonomi tertentu,biasanya lebih mengacu pada fungsi atau processor yang tertanam
didalamnya seperti RIBA (Robot for Interactive Body Assistance),HARO (Human Assist
Robot). Kedua robot tersebut merupakan robot produksi Jepang. Seperti diketahui selama

ini, Jepang merupakan negara maju dengan tingkat kelahiran rendah serta harapan hidup
tinggi, sehingga dibutuhkan tenaga untuk membantu para lansia. Oleh karena itu, Jepang
memilih menggunakan robot untuk menggantikan peran perawat dalam mengurus kaum
lansia. (www.detiknet.com,29 Maret 2009) 

Penggunaan robot perawat saat ini bahkan sudah mulai menggantikan tugas perawat dalam

tempat spesifik seperti ruang operasi dengan diciptakannya robot scrub nurse untuk
pembedahan laparoscopi yang dapat memberikan dan mengambil forsep sesuai dengan
perintah dokter bedah (Kazuto Takashima et.al,2008). 

Hal ini tentu saja menimbulkan polemik dalam dunia keperawatan sendiri karena akan
berpengaruh pada kondisi ketrampilan perawat, finansial, lapangan kerja dan mutu dari
asuhan keperawatan yang memandang manusia sebagai makhluk biopsikososiospiritual
yang holistik. 

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pada pada makalah ini penulis ingin
memberikan gambaran tentang robot perawat beserta untung dan ruginya dalam dunia
keperawatan



2. Kajian Literatur
2.1 Awal Mula Penciptaan Robot Nurse
Seiring dengan perkembangan jaman, peningkatan kualitas hidup menjadi salah satu hal
yang esensial buat manusia. Meningkatnya kualitas sistem dalam dunia kedokteran,

menjadikan populasi lansia juga bertambah karena angka harapan hidup menjadi lebih
tinggi. Namun dilain pihak, populasi yang mendukung kehidupan para lansia ini terus
berkurang. Itu berarti bahwa para lansia akan menjadi seperti hidup sendiri dan kesepian
dalam dunia modern. Situasi yang dialami para lansia ini juga sama dengan yang dialami

para penderita cacat sehingga dengan berkembangnya teknologi robotic mulailah

dikembangkan sebuah robot yang mampu untuk mendukung para lansia dan orang cacat

tersebut ( Hyun Keun Park et.al,2006) 

Negara besar seperti Amerika dan Jepang adalah negera dengan populasi lansia yang besar
sehingga untuk menghadapi keterbatasan tenaga disektor kesehatan , dikembangkan


proyek penciptaan robot untuk membantu pekerjaan dirumah dan membantu dalam

kehidupan (Baltus et al 2003, Beck and Katcher 2003). 

Awal mula penciptaan robot nurse tidak langsung menyerupai manusia,namun lebih

dikembangkan pada bentuk hewan sebagai teman setia untuk mengurangi kesepian dan
depresi yang dialami oleh para lansia seperti PARO (robot binatang laut),TAMA (robot
kucing). Dari penelitian yang dilakukan oleh Shibata (2004) untuk menguji reaksi manusia
terhadap robot interaktif (dalam penelitian ini digunakan robot PARO) terhadap lansia,

anak anak dan orang yang menderita autis dan down syndrome didapatkan hasil bahwa 1)
wanita lebih tertarik terhadap PARO dibanding laki laki 2) Orang yang menyukai hewan
melihat PARO dengan sisi positif 3) anak anak lebih suka bermain dengan PARO 4)
PARO mampu memberikan efek positif terhadap depresi yang dialami lansia (Shibata

Takanori,2004). Dari hasil penelitian ini kemudian dikembangkan bentuk robot nurse yang
lebih variatif baik dalam bentuk maupun fungsi.



2.2 Model Robot Nurse dan Fungsinya
Secara garis besar robot nurse terbagi menjadi 3 (tiga) kategori yaitu:

a. Assistive robotic (AR) sebagian besar diasosiasikan sebagai robot yang membantu orang
dengan keterbatasan fisik melalui interaksi fisik.Contoh dari AR antara lain adalah
wheelcahir robot dan alat bantu gerak yang lain,robot companion, manipulation arms
dan robot edukasi. AR banyak digunakan di lingkungan sekolah,rumah dan hospital

(David Feil-Seifer and Maja J Matari´,2005)
b. Socially Interactive Robotics (SIR) adalah robot yang mempunyai beberapa pola
interaksi.Istilah SIR digunakan untuk membedakan fungsi interaksi dengan robot yang
dioperasikan secara jarak jauh oleh manusia pada robot dengan sistem human robot

interaction (HRI).SIR memiliki semacam pola interaksi sendiri melalui suara dan
gesture yang mereka gunakan (David Feil-Seifer and Maja J Matari´,2005). 

c. SAR (Socially Assistive Robotics) adalah gabungan dari bentuk AR dan SIR. SAR

adalah robot yang menyediakan bantuan pada user , tetapi bantuan tersebut spesifik bisa
didapatkan apabila terjadi interaksi sosial antara SAR dan user. SAR hampir sama
dengan SIR, bedanya SIR bertujuan untuk mengembangkan interaksi yang dekat dan
efektif seperti hubungan pertemanan antara robot dan user, sedangkan SAR bertujuan

membina hubungan yang dekat dan efektif untuk pemberian bantuan dan pencapaian
progres yang terukur pada masa penyembuhan, rehabilitasi dan pembelajaran. (David
Feil-Seifer and Maja J Matari´,2005). 

Contoh robot perawat yang sudah dikenal antara lain:
· Companion adalah robot setinggi 4 kaki yang dilengkapi dengan roda dan LCD.

Companion dioperasikan untuk memberikan pelayanan pada pasien alzheimer dikota
Silverado.Amerika Serikat.Companion akan beraksi seperti dual webcam dan berubah
secara otomatis kepada siapa yang membutuhkan,pasien atau tenaga kesehatan.Robot
dioperasikan secara jarak oleh seorang perawat atau tenaga kesehatan dan pasien bisa

melihat muka perawat melalui LCD dan memberikan instruksi pada robot melalui
microphone yang terintegrasi pada companion,gerakan companion sendiri bisa
dimapulasi dengan joystick oleh operator.( Nuno Otero,2008)
· Robot Nurse Unit adalah robot yang didesain untuk memberikan pelayanan rehabilitasi

dan terapi fisik pada pasien paraphlegi di teheran,Iran. Robot ini dioperasikan dengan
sistem genetic algoritma untuk dapat bergerak sesuai dengan keinginan pengguna. (Ali

Meghdari et.al,2004)
· DO-U-MI adalah robot perawat yang digunakan untuk memberikan asuhan pada pasien

lansia dan cacat.Robot ini didesain untuk membantu pasien bergerak secara independen
dalam ruangan.Robot ini juga dilengkapi dengan convenient man-machine interface
untuk memudahkan robot mengenali wajah dan suara user-nya sehingga bisa
mendeteksi lokasi dimana user berada. Robot ini juga dilengkapi dengan musik, film

dan email yang terintegrasi sebagai hiburan.( Hyun Keun Park et.al,2006)
· Wearable Power Assist System adalah sistem kontrol yang dapat dipakai untuk

membantu seseorang mengangkat beban berat,seperti pada pasien yang tidak mampu
bergerak mengangkat tubuh sendiri.alat ini dapat dimatikan dan dihidupkan sesuai
kebutuhan (Satoshi Kawai et al.2004) 

· RIBA(Robot for Interactive Body) . RIBA adalah robot nurse yang digunakan sebagai

asisten perawat, yang mampu mengerjakan pekerjaan fisik seperti menggendong dan
memindahkan pasien, mendudukkannya di kursi roda, atau menuntun pasien ke dalam

toilet.RIBA bisa mengangkat pasien sampai dengan berat 61 kg .RIBA merupakan
pengembangan lebih lanjut dari generasi sebelumnya yaitu RI-MAN (Corey
Binns,2010)

 

                                Gbr. Robot RIBA



2.3 Penggunaan Robot Perawat dalam Asuhan Keperawatan
Penggunaan robot perawat dalam asuhan keperawatan membawa beberapa telah dikaji oleh
beberapa peneliti dengan hasil beragam. Seperti yang sudah dibahas dalam latar belakang

bahwa robot nurse pertama kali diciptakan karena adanya peningkatan angka harapan
hidup dan penurunan angka pertumbuhan penduduk yang menyebabkan para lansia
menjadi kesepian dan depresi. Robot nurse diciptakan tidak langsung berbentuk manusia
nanum awalnya berbentuk hewan seperti kucing dan anjing karena asumsi bahwa binatang

tersebut adalah teman setia dari manusia. (Will Tagart 2006). Penggunaan tenagan robot
perawat juga dicetuskan karena kurangnya sikap caring pada perawat terhadap pasien yang
dirawat (Jane Tenking,2010)


Dari penelitian awal yang dilakukan Shibata (2004) didapatkan hasil bahwa robot nurse

berbentuk binatang laut PARO membawa beberapa aspek positif pada responden yang
meliputi lansia,anak anak dan orang dengan autis dan down syndrome yaitu 1) wanita lebih
tertarik terhadap PARO dibanding laki laki 2) Orang yang menyukai hewan melihat PARO
                            dengan sisi positif 3) anak anak lebih suka bermain dengan PARO 4) PARO mampu 
memberikan efek positif terhadap depresi yang dialami lansia.Namun pada penelitan lanjut

yang dilakukan oleh Will Tagart (2006) terhadap para lansia didapatkan hasil bahwa
walaupun para lansia memberikan reaksi yang beragam terhadap PARO,namun mereka
tetap memilih untuk berinteraksi dengan manusia dibanding robot. 

Penggunaan robot nurse kemudian berkembang bukan lagi menjadi sekedar teman atau
mainan untuk mengatasi kesepian,namun menjadi asisten yang membantu tugas perawat
seperti robot nurse yang bisa mengangkat pasien (RIBA), robot nurse yang membantu
pasien untuk mobilisasi dalam ruangan (DO-U-MI),robot nurse untuk melayani pasien

yang tidak bisa bepergian jauh namun butuh konsultasi (Companion) dan beberapa contoh
penggunaan robot nurse untuk membantu perawat dalam manajemen asuhan keperawatan.
Penggunaan robot nurse dalam proses rehabilitasi contohnya adalah penggunaan SAR
(Socially Assistive Robotics) pada enam pasien rehabilitasi stroke and trauma brain injury
ringan untuk meningkatkan fungsi tubuh akibat lesion – induced hemiparesis dan hasilnya
adalah terjadi interaksi positif antara SAR dan user dalam meningkatkan fungsi organ
bagian atas yang mengalami hemiparesis, namun untuk ini masih akan diujicoba pada
populasi yang lebih besar untuk mengatasi efek “novelty” (Maja Mataric,2004) 


Penggunaan robot nurse juga sudah merambah kearea spisifik yang membutuhkan
ketrampilan lebih seperti ruang operasi, dengan diciptakannya robot pengganti scrub nurse
untuk menghantar dan mengambil forsep pada operasi laparaskopi.Robot digerakkan
dengan perintah suara dari operator bedah dan robot ini sudah direkomendasikan sebagai

pengganti scrub nurse pada tindakan pembedahan (Kazuto Takashima,2008) 


Pada akhirnya nanti para robot nurse ini akan didesain untuk memberikan berbagai macam
tindakan seperti pembedahan dan intervensional dalam tindakan operasi, pengganti

kekurangan atau melengkapi fungsi tubuh yang hilang, penyembuhan dan rehabilitasi,
terapi behavioral,pemenuhan kebutuhan perseorangan dalam populasi khusus dan promosi
kesehatan (Maja Mataric et al,2008). 

Pada jurnal Nursing standard vol 24 no 8 (2009) digambarakan bahwa tugas perawat pada
abad ke 21 akan digantikan oleh para robot perawat ini. Ada robo-nurse di UK yang
bekerja untuk mengepel lantai dan mengumpulkan obat, ada Louise,robot perawat di Amerika, yang ramah, caring dan good listener. Louise akan mendatangi pasien yang akan
pulang dan menjelaskan apa saja yang harus pasien lakukan dirumah serta menjawab
semua pertanyaan pasien. Bahkan pada evaluasi awal di RS mengenai pelayanan
perawat,pasien lebih memilih Louise dibanding perawat sungguhan. Para pengelola rumah
sakit di US juga mengatakan bahwa mereka lebih memilih para robot perawat ini karena

akan lebih meningkatkan penghasilan rumah sakit.


Namun robot tetaplah robot,bukan manusia. Walaupun dirancang dengan sesempurna
mungkin untuk dapat dipergunakan dengan aman,murah dan efesien tetaplah robot

memiliki banyak kekurangan antara lain:
a. System error: terjadinya gangguan pada sistem yang mengatur perilaku robot
mengakibatkan robot menjadi liar seperti yang terjadi pada Waldo (robot perawat
di California ang bertugas mendistribusikan obat obatan dari lantai ke lantai).

Waldo tiba tiba bertingkah liar sejak keluar dari ruang farmasi dan melukai seorang
dokter yang sedang memeriksa pasien di radiasi onkologi (Nursing standard vol 24
no 8,2009)
b. Robot tidak memiliki sense of caring seperti layaknya manusia. Sebuah robot yang

bertugas memberi makan pasien hanya akan memberikan makanan pada pasien
secara sabar sembari menunggu sampai 20 kunyahan, namun robot tidak bisa
menanyakan apakah rasa makanan enak,apakah ada kesulitan menelan dll (Roger
Napthine,1997)
c. Robot tidak mempunyai “sense of humor”. Robot disetting dengan tugas terntentu

dan bereaksi terhadap sensor tertentu sehingga robot tidak bisa membedakan antara
instruksi dengan candaan. (Roger Napthine,1997)



Dari beberapa keuntungan dan kerugian akan penggunaan robot perawat disini ada hal

yang harus dipertimbangkan oleh para pengelola rumah sakit saat akan mengganti tugas
perawat dengan perawat robot bahwa asuhan keperawatan adalah sebuah hubungan caring
yang unik dan tidak tergantikan oleh sebuah mesin bernama robot perawat. 


Pertimbangan ekonomi awalnya memang akan lebih menguntungkan apabila
menggunakan robot perawat ini (lebih banyak pasien, sedikit staff,sedikit waktu dan 
penghasilan yang banyak) namun kepuasan jiwa dan kehangantan asuhan yang diberikan

oleh perawat manusia tentu berbeda dengan asuhan oleh perawat robot. 

Kemudian pemikiran lebih lanjut bahwa penggunaan robot perawat ini akan banyak
memakan tempat, berapa centimeter space yang diperlukan oleh robot perawat ini untuk

masuk kerungan pasien,berdiri disamping tempat tidur pasien dan robot perawat ini juga
bisa saja meluncur tanpa kendali pada lantai yang licin. (Roger Napthine,1997) 


3 Pembahasan dan rekomendasi
Penggunaan robot perawat akan memberikan dampak yang sangat besar pada dunia
keperawatan antara lain apabila terjadi pergeseran fungsi perawat oleh para robot perawat

ini akan membuat tenaga perawat menjadi murah sehingga penghasilan perawat menjadi
turun. Bahkan disebutkan di Jepang sudah mulai dilakukan standarisasi untuk para robot
perawat ini supaya lebih aman dan efektif (www.detiknet.com. 29 Maret 2009) serta untuk
mengurangi kebutuhan tenaga kerja perawat dari luar negeri,dalam hal ini berarti

permasalahan dalam dunia keperawatan menjadilebih bertambah yaitu masalah lapangan
kerja yang akan semakin sempit karena tergeser oleh pernggunaan robot

  
Penggunaan robot perawat sebagai pengganti tugas perawat bisa saya terima apabila robot
perawat tersebut mampu memenuhi tiga kriteria sebagai berikut:

a. Robot perawat tersebut secara otonom bebas dari segala pemrograman ataupun operator
mesin
b. Ketika seseorang dapat menganalisis atau menjelaskan bahwa tingkah laku robot
perawat tersebut benar benar merupakan keinginan dari robot itu sendiri untuk berbuat

buruk ataupun baik
c. Robot perawat mampu bertingkah laku sopan dan mengerti akan akan tanggung jawab
terhadap orang lain ataupun profesi lain.



Hal yang tidak bisa untuk dipenuhi sampai saat ini, sehingga menurut saya penggatian
perawat manusia dengan perawat robot tidak bisa diterima dalam arti sebenarnya.
Perawat robot bisa diterima untuk penggunaan minimal atau tindakan membantu tugas
perawat seperti penggunaan kartu elektrik untuk penyimpanan obat obatan,kain kain,
membagikan makanan dll, namun tidak untuk memberikan asuhan keperawatan secara utuh
Penggunaan robot perawat lain yang bisa diterima adalah untuk bidang edukasi. Perawat
yang belum kompeten bisa berlatih dengan menggunakan robot perawat yang mirip 
manusia ini dan berinteraksi dengan mereka sehingga kemampuan individual mereka
meningkat



Daftar Pustakar
· Shibata, Takanori. (2004). "An Overview of Human Interactive Robots for
Psychological Enrichment." Proceedings of the IEEE. 91(11).
· Nuno Otero, Joe Saunders, Kerstin Dautenhahn, and Chrystopher L. Nehaniv . Teaching

robot companions: the role of scaffolding and event structuring ,Connection
Science.Vol. 20, Nos. 2–3, June–September 2008, 111–134
· Corey Binn. Rise of the helpful machine.,Popular science, August 2010 dalam

· Satoshi Kawai, Keitaro Naruse, Hiroshi Yokoi, and Yukinori Kakazu ., An Analysis of

Human Motion for Control of a Wearable Power Assist System. Paper: Rb16-3-02-2101
(Received January 22, 2004; accepted February 2, 2004)
· Nursing standard Journal. vol 24 no 8 ::Oct 28, 2009. 22 – 23
· Michael R. Cohen, Medication Error. Nursing2005, Volume 35, Number 1 hal 11-12

· RIKEN (The Institute of Physical and Chemical Research) Realization of Transfer
Operations by Nursing-care Assistant Robot “RIBA” August 27, 2009 dalam
· Jane Tanking,Nursing Caring Behavior. The Kansas Nurse Vol. 85, No. 4 May-June

2010
· Kazuto Takashima Hiromichi Nakashima a, Toshiharu Mukai a and Shuji Hayashi b

Scrub Nurse Robot for Laparoscopic Surgery Koninklijke Brill NV, Leiden and The

Robotics Society of Japan, 2008
· Roger Napthine. Warning! Warning!Automation is here Volume 5 NO 1 Australian
Nursing Journal · July 1997 hal 28-29

· Hyun Keun Park, Hyun Seok Hong, Han Jo Kwon, and Myung Jin Chung. A Nursing

Robot System for The Elderly and The Disabled.2006
· Francesco Cepolina, Rinaldo C Michelini. Robots in Medicine: A Survey of in Body

Nursing Aids. in Proc. of ISR 2004, 35 International Symposium on Robotics, Paris,

France 23-26 March 2004.
· Maja Mataric, Adriana tapus , Carolee Winstein, Jon Eriksson. Socially Assistive

Robotics for Stroke and Mild TBI Rehabilitation,2008
· Ali Meghdari, Hooman Hosseinkhannazer, Ali Selk Ghafari Optimization and

Dynamic Simulation of a Nurse Robot in Hospital Environment Using Genetic
Algorithm 2nd International Conference on Autonomous Robots and Agents.
Palmerston North, New Zealand. December 13-15, 2004
· Will Taggart Sherry Turkle Cory D. Kidd An Interactive Robot in a Nursing Home:

Preliminary Remarks,2006
· Shibata, T., Tashima, T. and Tanie, K. (1999). "Emergence of Emotional Behavior

through Physical Interaction between Human and Robot," Proceedings of the 1999

IEEE International Conference on Robotics and Automation
· David Feil-Seifer and Maja J Matari´c Defining Socially Assistive Robotics In

proceedings of the 2005 IEEE 9th International Conference on Rehabilitation Robotics
June 28 - July 1, 2005, Chicago, IL, USA, 465-468.

Penulis : Dwi Kartika Rukmi, NPM 0906504695
Program Pasca Sarjana Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 2010