Penalaran
Induksi dan Penalaran Induktif
Penalaran
adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis,
berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang
menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses
inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar
penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut
dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut
konsekuensi.
Sumber
: http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
Menurut
Jujun Suriasumantri, Penalaran adalah suatu proses berfikir dalam menarik suatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan. Sebagai suatu kegiatan berfikir penalaran
memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri pertama adalah proses berpikir logis, dimana
berpikir logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut pola tertentu atau
dengan kata lain menurut logika tertentu. Ciri yang kedua adalah sifat analitik
dari proses berpikirnya. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi dari adanya
suatu pola berpikir tertentu. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan
berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.
Pengetahuan
yang dipergunakan dalam penalaran pada dasarnya bersumber pada rasio atau
fakta. Mereka yang berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran
mengembangkan paham rasionalisme, sedangkan mereka yang menyatakan bahwa fakta
yang tertangkap lewat pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran
mengembangkan paham empirisme.
a. Penalaran
Induksi
Induksi
adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa
khusus untuk menentukan hukum yang umum (Kamus Umum Bahasa Indonesia, hal 444 W.J.S.Poerwadarminta.
Balai Pustaka 2006)
Induksi
merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari
berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai
dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang
khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan
yang bersifat umum (filsafat ilmu.hal 48 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar
Harapan. 2005)
b. Penalaran Induktif
Berpikir
induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari
hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki
berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah
bentuk dari metode berpikir induktif. (www.id.wikipedia.com)
Jalan
induksi mengambil jalan tengah, yakni di antara jalan yang memeriksa cuma satu
bukti saja dan jalan yang menghitung lebih dari satu, tetapi boleh dihitung
semuanya satu persatu. Induksi mengandaikan, bahwa karena beberapa (tiada
semuanya) di antara bukti yang diperiksanya itu benar, maka sekalian bukti lain
yang sekawan, sekelas dengan dia benar pula.
Buat
contoh penegasan kita kembali pada masyarakat Yunani, masyarakat yang
sebenarnya merintis kesopanan manusia. Lama sudah terpendam dalam otaknya
Archimedes, pemikir Yunani yang hidup 250 tahun sebelum Masehi, persoalan: apa
sebab badan yang masuk barang yang cair itu, jadi enteng kekurangan berat?
Ketika mandi, maka jawab persoalan tadi tiba-tiba tercantum di matanya dan
kegiatan yang memasuki jiwanya menyebabkan dia lupa akan adat istiadat negara
dan bangsanya. Dengan melupakan pakaiannya, ia keluar dari tempat mandinya
dengan bersorak-sorakkan “heureuka” saya dapati, saya dapati, adalah satu
contoh lagi dari kuatnya nafsu ingin tahu dan lazatnya obat haus “ingin” tahu
itu. Archimedes
menjalankan experiment yang betul, ialah badannya sendiri, yang jadi benda yang
dicemplungkan ke dalam air buat mandi. Dengan cara berpikir, yang biasa
dipakainya sebagai pemikir besar, ia bisa bangunkan satu undang yang setiap
pemuda yang mau jadi manusia sopan mesti mempelajari dalam sekolah di seluruh
pelosok dunia sekarang.
Menurut
undang Archimedes, maka kalau benda yang padat (solid) terbenam pada barang
cair, maka benda tadi kehilangan berat sama dengan berat zat cair yang
dipindahkan oleh benda itu.Tegasnya kalau berat Archimedes di luar air
umpamanya B gram dan berat air yang dipindahkan oleh badan Achimedes b gram,
maka berat Archimedes dalam air tidak lagi B gram, melainkan (B-b) gr.
Dengan contoh dirinya sendiri
sebagai benda dan air sebagai barang cair, maka simpulan yang didapatkan
Archimedes dalam tempat mandi itu belumlah boleh dikatakan undang. Semua benda
dalam alam, kalau dicemplungkan ke dalam semua zat cair mestinya kekurangan
berat sama dengan berat-zat cair yang dipindahkan oleh benda itu. Kalau
semuanya takluk pada kesimpulan tadi, barulah kesimpulan itu akan jadi Undang
dan barulah Archimedes tak akan dilupakan oleh manusia sopan, manusia yang
betul-betul terlatih sebagai bapak undang itu. (Madilog. hal
100-101 Tan Malaka, Pusat Data Indikator)
Bentuk-bentuk penalaran induktif
Di
dalam penalaran induktif terdapat tiga bentuk penalaran induktif, yaitu
generalisasi, analogi dan hubungan kausal.
1. Generalisasi
Generalisasi adalah proses
penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Contohnya
:
• Agnes Monica adalah bintang film, dan ia
berparas cantik.
• Ayu Azhari adalah bintang
film, dan ia berparas cantik.
*Generalisasi: Semua bintang film
berparas cantik.
Pernyataan
“semua bintang film berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas
karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh
kesalahannya:
Omas juga bintang iklan, tetapi tidak
berparas cantik.
Macam-macam
generalisasi :
a.
Generalisasi sempurna
Generalisasi dimana seluruh fenomena
yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh:
sensus penduduk
b. Generalisasi tidak sempurna
Generalisasi dimana kesimpulan
diambil dari sebagian fenomenayang diselidiki diterapkan juga untuk semua
fenomena yang belum diselidiki.
Contoh:
Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantaloon.
Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna.
Generalisasi
yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur
pengujian yang benar. Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
Jumlah sampel
yang diteliti terwakili.
Sampel harus
bervariasi.
Mempertimbangkan
hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.
2. Analogi
Cara
penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yangmempunyai sifat yang sama.
Analogi
mempunyai 4 fungsi,antara lain :
Membandingkan
beberapa orang yang memiliki sifat kesamaan
Meramalkan
kesamaan
Menyingkapkan
kekeliruan
Klasifikasi
Contoh
analogi : Demikian pula dengan manusia yang tidak berilmu dan tidak
berperasaan, ia akan sombong dan garang. Oleh karena itu, kita sebagai manusia
apabila diberi kepandaian dan kelebihan, bersikaplah seperti padi yang selalu
merunduk.
3. Hubungan
Kausal
Penalaran
yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Macam hubungan kausal :
a) Sebab- akibat.
Hujan
turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.
b) Akibat – Sebab.
Bobi
tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
c) Akibat – Akibat.
Ibu
mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di
rumah basah.
Contoh
Kausal : Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan
sebagi penyerap air banyak yang ditebang. Di samping itu, irigasi di desa ini
tidak lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin mahal dan kurangnya
pengetahuan para petani dalam menggarap lahan pertaniannya. Oleh karena itu,
tidak mengherankan panen di desa ini selalu gagal.
Nama : R.H. Warpan
NPM : 29112001
Kelas : 3KB04
Nama : R.H. Warpan
NPM : 29112001
Kelas : 3KB04
No comments:
Post a Comment