1. Karangan
ilmiah
Karangan ilmiah
adalah biasa disebut karya ilmiah, yakni laporan tertulis dan diterbitkan yang
memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang
atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan
ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Ada berbagai
jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau
simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan
produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang
terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam
melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
Di perguruan tinggi,
khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah seperti
makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Skripsi umumnya
merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi dilakukan cukup mendalam.
Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan
simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap
karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar dalam bidang persoalan yang
dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai
wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian.
Tujuan karya ilmiah, antara lain:
Sebagai wahana melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil
penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis.
Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan mahasiswa, sehingga
tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi
penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu pengetahuan,
terutama setelah penyelesaian studinya.
Karya ilmiah yang telah ditulis itu diharapkan menjadi
wahana transformasi pengetahuan antara sekolah dengan masyarakat, atau
orang-orang yang berminat membacanya.
Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki
mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah
setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan dari
jurusannya.
Melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.
Manfaat penyusunan karya ilmiah bagi penulis adalah berikut:
Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang
efektif;
Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai
sumber;
Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan;
Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara jelas dan
sistematis;
Memperoleh kepuasan intelektual;
Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan;
Sebagai bahan acuan/penelitian pendahuluan untuk penelitian
selanjutnya
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH ” DAMPAK
PEMANASAN GLOBAL ”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya tulis dengan judul Pengaruh Pemanasan Global Pada
Kehidupan di Dunia ini adalah untuk mengetahui seberapa besar bahaya yang
mengancam akibat global warming ini. Banyak sekali orang-orang yang melakukan
hal yang menyebabkan global warming, entah mereka tidak tahu, atau mereka tahu
tetapi dibiarkan saja. Karena itu penulis membuat karya tulis ini dengan tujuan
mengingatkan bahaya pemanasan global yang boleh dibilang tidak lama lagi akan
mencapai puncaknya.
Menurut penulis, pemanasan global sudah cukup parah untuk
saat ini, dan akan memperparah jika tidak ada usaha untuk diperlambat.
Sedangkan kenyataannya kita sekarang malah memperparah keaadaan dengan cara
seperti menambah jumlah emisi gas kendaraan bermotor yang mengeluarkan banyak
CO2, memakai hairspray yang mengandung aerosol, dsb.
Harapan penulis, pemanasan global bisa dicegah se-maksimal
mungkin dengan cara, salah satunya mungkin kita semua bisa mengurangi pemakaian
kendaraan bermotor dan lebih memilih memakai sepeda, karena selain berolahraga,
menggunakan sepeda juga tidak menyebabkan pemanasan global. Tetapi pada
kenyataannya, hal seperti itu sangat sulit untuk diwujudkan. Mengingat
keegoisan kita sendiri yang mementingkan kepentingan pribadinya masing-masing,
misalnya tidak mau berkeringat saat sampai di sekolah, atau bisa kepanasan saat
dijalan, malah ada juga yang mungkin berpikiran nanti tatanan rambutnya rusak
jika naik sepeda. Oleh karena itu mungkin kita harus berpikir dalam-dalam dan
berusaha se-maksimal mungkin untuk memperlambat pemanasan global, dengan cara
yang tidak terlalu rumit, tetapi berarti untuk bumi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka timbul masalah:
1. Apakah pemanasan global itu?
2. Apakah bahaya dan pengaruh pemanasan global itu?
3. Bagaimana cara
mengendalikan pemanasan global?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Agar kita mengetahui apa itu pemanasan global?
2. Agar kita dapat mengetahui bahaya dan pengaruh akibat
terjadinya pemanasan global.
3. Kita sebagai manusia yang masih membutuhkan bumi ini
dapat berpikir keras cara memperlambat pemanasan global dan mengatasi kerusakan
parah akibat pemanasan global.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
Agar kita
sebagai siswa terpelajar bias mengatasi dan mengetahui pemnasan gelobal dan
untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia.
2. Bagi masyarakat
Kita sebagai masyarakat Indonesia bias mengetagui apa itu
pemanasan gelobal dan bisa menanggulangi bagaimana cara untuk menangani dan
mencega pemanasan gelobal. Sehingga kita tidak mendapat kan kerugian dari
pemanasan gelobal.
1.5 Metode Pengumpulan Data
Penulis memperoleh data sebagai bahan dalam penulisan Karya
Ilmiah ini, penulis melakukan kajian pustaka, membagikan kuisioner,study tour
ke LAPAN dan melakukan browsing internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pemanasan Global
Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu
rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada
permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C selama seratus tahun terakhir.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, “sebagian
besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20
kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca
akibat aktivitas manusia” melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah
dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua
akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat
beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan
IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC
menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga
11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan itu dikarenakan
oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di
masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun
sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan
kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari
seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini
mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan
perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya
intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola
presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya
hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuan adalah
mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan
bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan
bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi
perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang
harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau
untuk beradaptasi terhadap konsekwensi-konsekwensi yang ada. Sebagian besar
pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi
Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.
2.2. Penyebab Utama Pemanasan Global
1. Efek rumah kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari
Matahari. Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek,
termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah
dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan
menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas
ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun
sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah
gas rumah kaca antara lain uap air, karbondioksida, dan metana yang menjadi
perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali
radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan
tersimpan di permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan
mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat. Gas-gas tersebut
berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya
konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di
bawahnya.
Sebenarnya, efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh
segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi
sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi
sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dengan efek rumah kaca[3] (tanpanya
suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi). Akan
tetapi sebaliknya, akibat jumlah gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer,
pemanasan global menjadi akibatnya.
2. Efek umpan balik
Efek-efek dari agen penyebab pemanasan global juga
dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh
adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas
rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya
air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca,
pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara hingga
tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air.
3. Radiasi Matahari
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari
Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat
memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini
dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari
akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan
stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati
sejak tahun 1960,[8] yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi
kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat
memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai
akhir tahun 1970-an.) Fenomena radiasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas
gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri
hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.[9][10]
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa
kontribusi Matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan
dari Duke University mengestimasikan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi
terhadap 45-50% peningkatan temperatur rata-rata global selama periode
1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya
mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat estimasi
berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh
Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik
dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh. Walaupun demikian, mereka
menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap
pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada
dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
2.3. Dampak Pemanasan Global
Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola
presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global.
Berdasarkan model tersebut, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan
mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut,
pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
1. Cuaca
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global,
daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas
lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair
dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan
Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin
tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang
ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam
akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam
hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak
air yang menguap dari lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban
tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh
lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga
keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Badai akan menjadi
lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya
beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup
lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane)
yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar.
Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin
mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
2. Tinggi muka laut
Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah
dengan lingkungan yang stabil secara geologi. Saat atmosfer menghangat, lapisan
permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan
menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di
kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut.
Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 – 10 inchi)
selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9
– 88 cm (4 – 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi
kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6
persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau.
Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan
mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan.
Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi
daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan
evakuasi dari daerah pantai.
Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat
mempengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan
separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan
terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun.
Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.
3. Pertanian
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan
menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya
tidak sama di beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin
akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya
masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa
bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang
menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika
snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami,
akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan
dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
4. Hewan dan tumbuhan
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit
menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai
manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub
atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari
daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi,
pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang
bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau
lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu
secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
5. Kesehatan manusia
Di dunia yang hangat, para ilmuan memprediksi bahwa lebih
banyak orang yang terkena penyakit atau meninggal karena stress panas. Wabah
penyakit yang biasa ditemukan di daerah tropis, seperti penyakit yang
diakibatkan nyamuk dan hewan pembawa penyakit lainnya, akan semakin meluas
karena mereka dapat berpindah ke daerah yang sebelumnya terlalu dingin bagi
mereka. Saat ini, 45 persen penduduk dunia tinggal di daerah di mana mereka
dapat tergigit oleh nyamuk pembawa parasit malaria; persentase itu akan
meningkat menjadi 60 persen jika temperature meningkat. Penyakit-penyakit
tropis lainnya juga dapat menyebar seperti malaria, seperti demam dengue, demam
kuning, dan encephalitis. Para ilmuan juga memprediksi meningkatnya insiden
alergi dan penyakit pernafasan karena udara yang lebih hangat akan memperbanyak
polutan, spora mold dan serbuk sari.
2.4 Pengendalian Pemanasan Global
Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar
1 persen per-tahun. Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan
saat ini tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global di masa depan.
Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan
langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di masa depan.
Kerusakan yang parah dapat diatasi dengan berbagai cara.
Daerah pantai dapat dilindungi dengan dinding dan penghalang untuk mencegah
masuknya air laut. Cara lainnya, pemerintah dapat membantu populasi di pantai
untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara, seperti Amerika
Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan tetap menjaga koridor
(jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum dibangun dari selatan ke
utara. Spesies-spesies dapat secara perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor
ini untuk menuju ke habitat yang lebih dingin.
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin
bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke
atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain.
Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi
produksi gas rumah kaca.
1. Menghilangkan karbon
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbondioksida di
udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi.
Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbondioksida
yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam
kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang
mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali
karena tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain,
seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk
mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam
mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Gas karbondioksida juga dapat dihilangkan secara langsung.
Caranya dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak
untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil
Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah
seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah
dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, di mana
karbondioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan
diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.
Salah satu sumber penyumbang karbondioksida adalah
pembakaran bahan bakar fosil. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan
di dunia sebagai sumber energi. Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini
sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbondioksida yang
dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbondioksida lebih sedikit bila
dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan batubara. Walaupun
demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir lebih mengurangi
pelepasan karbondioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun kontroversial karena
alasan keselamatan dan limbahnya yang berbahaya, bahkan tidak melepas
karbondioksida sama sekali.
2. Persetujuan internasional
Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan
pengurangan gas-gas rumah kaca. Di tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de
Janeiro, Brazil, 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca
dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang
mengikat. Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang
lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto.
Perjanjian ini, yang belum diimplementasikan, menyerukan
kepada 38 negara-negara industri yang memegang persentase paling besar dalam
melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong emisi mereka ke tingkat 5 persen
di bawah emisi tahun 1990. Pengurangan ini harus dapat dicapai paling lambat
tahun 2012. Pada mulanya, Amerika Serikat mengajukan diri untuk melakukan
pemotongan yang lebih ambisius, menjanjikan pengurangan emisi hingga 7 persen
di bawah tingkat 1990; Uni Eropa, yang menginginkan perjanjian yang lebih
keras, berkomitmen 8 persen; dan Jepang 6 persen. Sisa 122 negara lainnya,
sebagian besar negara berkembang, tidak diminta untuk berkomitmen dalam
pengurangan emisi gas.
2.5 Mengukur Pemanasan Global
Pada awal 1896, para ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan
bakar fosil akan mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan temperatur
rata-rata global. Hipotesis ini dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti
yang bekerja pada program penelitian global yaitu International Geophysical
Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai. Hasil
pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbondioksida di
atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat.
Data-data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan
konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di atmosfer.
Para ilmuan juga telah lama menduga bahwa iklim global
semakin menghangat, tetapi mereka tidak mampu memberikan bukti-bukti yang
tepat. Temperatur terus bervariasi dari waktu ke waktu dan dari lokasi yang
satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk memperoleh
data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan pada
akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi
data statistik ini hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya. Stasiun cuaca pada
awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga pengukuran temperatur
akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan kendaraan dan
juga panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957,
data-data diperoleh dari stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari
perkotaan), serta dari satelit. Data-data ini memberikan pengukuran yang lebih
akurat, terutama pada 70 persen permukaan planet yang tertutup lautan.
Data-data yang lebih akurat ini menunjukkan bahwa kecenderungan menghangatnya
permukaan Bumi benar-benar terjadi. Jika dilihat pada akhir abad ke-20,
tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat selama seratus tahun terakhir terjadi
setelah tahun 1980, dan tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990, dengan
1998 menjadi yang paling panas.
Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001,
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa temperatur
udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak
1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh aktifitas
manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC memprediksi
peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0
hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.
Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara dramatis.
Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali
sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah ini dengan resiko
populasi yang sangat besar.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sebenarnya pemanasan global itu sudah terjadi sejak tahun
1861, tetapi belum parah seperti sekarang. Itu menunjukan ada nya peningkatan
suhu dari tahun ke tahun, sehingga ada kemungkinan besar pemanasan global ini
akan semakin parah di masa depan.
3.2 Saran
Seperti yang kita tahu, sampai saat ini tidak ada yang bisa
mencegah pemanasan global, tetapi kita sebagai generasi muda harus berusaha
untuk mengurangi jalannya pemanasan global. Dengan hal yang sangat kecil saja,
seperti selalu menggunakan kertas di kedua sisinya, matikan keran saat
menggosok gigi, menggunakan kembali amplop bekas, gunakan baterai isi ulang,
dll.
Sumber :
http://ami26chan.wordpress.com/2011/03/08/karya-non-ilmiah/
http://id.wikipedia.org/wiki/
http://rachmandianto.blog.com/2011/05/25/tulisan-%E2%80%9Cperbedaan-karangan-ilmiah-semi-ilmiah-dan-non-ilmiah%E2%80%9D/
http://nadiachya.blogspot.com/2012/04/perbedaan-antara-karangan-ilmiah-non.html
2. Karangan
Non Ilmiah
Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta
pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari,
bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya
bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).
Ciri-ciri Karya Tulis Non-Ilmiah:
·
Ditulis berdasarkan fakta pribadi.
·
Fakta yang disimpulkan subyektif.
·
Gaya bahasa konotatif dan populer.
·
Tidak memuat hipotesis.
·
Penyajian dibarengi dengan sejarah.
·
Bersifat imajinatif.
·
Situasi didramatisir.
·
Bersifat persuasif.
·
Tanpa dukungan bukti.
Jenis-jenis yang termasuk karya non-ilmiah adalah dongeng,
cerpen, novel, drama, dan roman.
Sumber :
http://mane3x.wordpress.com/2013/04/05/macam-macam-karangan-ilmiah-semi-ilmiah-dan-non-ilmiah/
CONTOH KARYA TULIS NON ILMIAH ” SI PELIT ”
Seorang yang sangat pelit mengubur emasnya secara diam-diam
di tempat yang dirahasiakannya di tamannya. Setiap hari dia pergi ke tempat
dimana dia mengubur emasnya, menggalinya dan menghitungnya kembali satu-persatu
untuk memastikan bahwa tidak ada emasnya yang hilang. Dia sangat sering
melakukan hal itu sehingga seorang pencuri yang mengawasinya, dapat menebak apa
yang disembunyikan oleh si Pelit itu dan suatu malam, dengan diam-diam pencuri
itu menggali harta karun tersebut dan membawanya pergi.
Ketika si Pelit menyadari kehilangan hartanya, dia menjadi
sangat sedih dan putus asa. Dia mengerang-erang sambil menarik-narik rambutnya.
Satu orang pengembara kebetulan lewat di tempat itu
mendengarnya menangis dan bertanya apa saja yang terjadi.
"Emasku! oh.. emasku!" kata si Pelit,
"seseorang telah merampok saya!"
"Emasmu! di dalam lubang itu? Mengapa kamu menyimpannya
disana? Mengapa emas tersebut tidak kamu simpan di dalam rumah dimana kamu
dapat dengan mudah mengambilnya saat kamu ingin membeli sesuatu?"
"Membeli sesuatu?" teriak si Pelit dengan marah.
"Saya tidak akan membeli sesuatu dengan emas itu. Saya bahkan tidak pernah
berpikir untuk berbelanja sesuatu dengan emas itu." teriaknya lagi dengan
marah.
Pengembara itu kemudian mengambil sebuah batu besar dan
melemparkannya ke dalam lubang harta karun yang telah kosong itu.
"Kalau begitu," katanya lagi, "tutup dan
kuburkan batu itu, nilainya sama dengan hartamu yang telah hilang!"
Harta yang kita miliki sama nilainya dengan kegunaan harta
tersebut.
3. Karangan
Semi Ilmiah (Populer)
Karangan semi
Ilmiah adalah karangan ilmu pengatahun yang menyajikan fakta umum dan menurut
metodologi panulisan yang baik dan benar, ditulis dengan bahasa konkret, gaya
bahasanya formal, kata-katanya tekhnis dan didukung dengan fakta umum yang
dapat dibuktikan benar atau tidaknya atau sebuah penulisan yang menyajikan
fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannya pun tidak semi-formal
tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena
sering dimasukkan karangan non-ilmiah. Maksud dari karangan non-ilmiah tersebut
ialah karena jenis semi ilmiah memang masih banyak digunakan misal dalam komik,
anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan cerpen.
Ciri-ciri karangan semi ilmiah atau ilmiah popular, yaitu :
·
Ditulis berdasarkan fakta pribadi;
·
Fakta yang disimpulkan subjektif;
·
Gaya bahasa formal dan popular;
·
Mementingkan diri penulis;
·
Melebih-lebihkan sesuatu;
·
Usulan-usulan bersifat argumentative; dan
Bersifat persuasive.
Jenis karangan semi ilmiah yaitu artikel, editorial, opini,
tips, reportase, dan resensi buku. Resensi buku adalah bentuk konbinasi antara
uraian, ringkasan, dan kritik objektif terhadap sebuah buku.
CONTOH KARYA TULIS SEMI ILMIAH “GEJALA DAN TANDA HIPERTENSI ”
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit yang
terjadi akibat peningkatan tekanan darah. Yang dapat diklasifikasikan menjadi 2
jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang penyebabnya tidak diketahui
dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit
endokrin, penyakit jantung, gangguan anak ginjal, dll. Tekanan darah adalah
menunjukkan keadaan di mana tekanan yang dikenakan oleh darah pada pembuluh
arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh. Tekanan
darah dapat dilihat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya ditunjukkan dengan
angka seperti berikut – 120 /80 mmHg. Angka 120 menunjukkan tekanan pada
pembuluh arteri ketika jantung berkontraksi. Disebut dengan tekanan sistolik.
Angka 80 menunjukkan tekanan ketika jantung sedang berelaksasi. Disebut dengan
tekanan diastolik. Sikap yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah
dalam keadaan duduk atau berbaring.
Gejala dan Tanda
Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara
tekanan darah yang terus menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu
dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang dapat dilakukan pada
waktu check-up kesehatan atau saat periksa ke dokter. Biasanya dokter akan
memeriksa dua kali atau lebih sebelum menentukan ada terkena tekanan darah
tinggi atau tidak. Apabila pada kesempatan tersebut tekanan darah anda diatas
130/90 mmHg maka akan didiagnosa sebagai hypertensi (tekanan darah tinggi).
Tekanan darah tinggi (hipertensi) menyebabkan meningkatnya resiko terhadap
stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal..Tanpa
melihat usia atau jenis kelamin ,semua orang bisa terkena penyakit jantung dan
biasanya tanpa ada gejala-gejala sebelumnya.
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara
alami. bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih
rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik,
dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika
beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu
pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.
Target kerusakan organ akibat Hipertensi antara lain:
* Otak : menyebabkan stroke
* Mata : menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat
menimbulkan kebutaan
* Jantung : menyebabkan penyakit jantung koroner (termasuk
infark jantung), gagal jantung
* Ginjal : menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal
terminal
Tata Laksana
Langkah awal terpenting adalah agar menurunkan tekanan darah
anda dengan mengikuti gaya hidup sehat seperti aktif berolahraga, mengatur diet
atau pola makan seperti rendah garam, rendah kolesterol dan lemak jenuh,
meningkatkan konsumsi buah dan sayuran, tidak mengkonsumsi alkohol dan rokok.
dan mengkonsumsi obat sesuai dengan petunjuk dokter. Selain itu dianjurkan juga
untuk melakukan pemeriksaan laboratorium dengan panel evaluasi awal hipertensi
atau panel hidup sehat dengan hipertensi.
Obat-obatan yang diberikan sesuai dengan klasifikasi yang
ada diatas. Contoh obat-obatan yang dapat diberikan adalah.
* Diuretik. Penghambat reseptor b
* Penghambat EKA
* Antagonis reseptor AII
* Penghabat kalsium
* Antagonis aldosteron
Secara umum obat-obatan diatas dapat diberikan ke semua
stadium hipertensi dengan atau tanpa komplikasi. Dapat juga dikombinasikan
antara obat satu dengan lainnya (misalnya; untuk hipertensi grade 2 diberikan
diuretik dengan penghambat EKA atau penghambat reseptor AII atau penghambat
kaslsium) kombinasi ini diberikan sesuai dengan tubuh penderita. Maka sangat
penting untuk melakukan pemeriksaan rutin tekanan darah minimal 1 kali sebulan
untuk memonitor khasiat obat.
Pemeriksaan Laboratorium
Tujuan pemeriksaan laboratorium pada pasien hipertensi :
* Untuk mencari kemungkinan penyebab Hipertensi sekunder
* Untuk menilai apakah ada penyulit dan kerusakan organ
target
* Untuk memperkirakan prognosis
* Untuk menentukan adanya faktor-faktor lain yang
mempertinggi risiko penyakit jantung koroner dan stroke
Pemeriksaan laboratorium untuk hipertensi ada 2 macam yaitu
:
* Panel Evaluasi Awal Hipertensi : Pemeriksaan ini dilakukan
segera setelah didiagnosis Hipertensi, dan sebelum memulai pengobatan
* Panel Hidup Sehat dengan Hipertensi : Untuk memantau
keberhasilan terapi
No comments:
Post a Comment